Dari segala macam pembahasan mengenai kekayaan, mungkin inilah isu yang paling mendasar, akar dari segalanya, keyakinan atau rasa percaya. Tindakan kita sebenarnya merupakan fungsi dari belief system yang ditanamkan dalam diri kita. Apa yang kita kerjakan dan apa yang tidak semuanya merupakan cerminan dari apa yang kita yakini atau percayai dan apa yang tidak. Brian Tracy dalam bukunya “Getting Rich Your Own Way” mengatakan, “salah satu alasan seseorang tidak menjadi kaya adalah karena tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa dia bisa menjadi kaya”. Kenapa tidak pernah terpikirkan? Karena ia lahir dari lingkungan yang biasa-biasa saja, pergi ke sekolah dan bergaul dengan teman-teman yang juga berasal dari keluarga biasa-biasa saja dan sebagainya. Sehingga ia merasa bahwa menjadi kaya bukanlah dirinya. Dan ia meyakini menjadi kaya adalah milik orang lain. “If you believe something is imposibble, it is imposibble for you to achieve that something”, demikian salah satu kutipan dalam buku Brian Tracy, dengan kata lain kutipan tersebut bermakna bahwa jika kita ingin mewujudkan apa yang kita kehendaki hal pertama yang harus kita lakukan adalah meyakini bahwa hal tersebut mungkin utuk diwujudkan. Selama ribuan tahun tidak ada orang yang bisa berlari menempuh 1 mil (setara dengan 1,6 km) dalam waktu 4 menit. Hal tersebut dianggap mustahil dari segi fisik seseorang. Orang pertama yang mampu mematahkan anggapan itu adalah Roger Bannister. Ia mampu berlari menempuh jarak 1 mil dengan catatan waktu 3,59 menit. Setelah semua orang yakin bahwa batasan waktu 4 menit mampu dicapai oleh manusia, ditahun-tahun berikutnya banyak pelari yang mampu berlari menempuh jarak 1 mil dengan batas waktu 4 menit. Saat ini, hampir semua atlit dapat melakukannya dengan sempurna. Contoh kecil seorang Roger Bannister meyakinkan kita bahwa apa yang sebenarnya kita yakini akan menentukan tindakan tindakan kita selanjutnya. Jika kita implementasikan dalam masalah keuangan, ada hal menarik yang patut anda cermati, yaitu keyakinan atau kepercayaan yang berputar di sekitar masalah keuangan dan kekayaan. Hal ini menjadi menarik karena sangat tercermin paradoksnya. Hampir semua orang jika diajukan pertanyaan apakah anda ingin menjadi kaya, secara sadar akan menjawab ‘ya’. Siapa yang tidak ingin kaya? Tentu semua akan menjawab ‘ya’ tanpa terkecuali. Akan tetapi cermati baik-baik apa kepercayaan yang ada dalam pikiran kita tentang uang?
“Uang adalah akar segala kejahatan”
“Orang kaya itu serakah”
“Orang kaya itu korup dan pelit”
“Menjadi kaya itu tidak spiritual”
Dan seterusnya dan seterusnya.
dominan berkutat dalam pikiran anda. Bagaimana pun juga hal tersebut muncul karena pengaruh budaya ketimuran kita. Saya katakan menjadi paradoks karena kita ingin kaya namun sistem kepercayaan yang telah tertanam dalam pikiran kita adalah membenci uang dan orang kaya. Hal yang paling sering terjadi adalah ketika kita menganggap menjadi kaya berarti serakah dan kita tidak ingin menjadi orang yang serakah. Maka tindakan-tindakan kita secara tidak sadar menyabotase kita agar tidak menjadi kaya. Saya tekankan disini secara bawah sadar. Tidak ada satu pun manusia normal yang secara sadar menyabotase dirinya
agar tidak menjadi kaya. Tindakan yang muncul bisa berupa tidak bekerja keras karena jika ia bekerja keras dan rajin ia akan mendapatkan promosi. Jika mendapatkan promosi maka ia akan menjadi kaya dan jika ia kaya ia akan menjadi orang yang serakah.
Contoh lain adalah belanja berlebihan. Alasannya, jika dia berhemat maka ia akan menjadi kaya dan jika ia kaya, ia merasa hidupnya tidak terkesan spiritual. Masih banyak contoh lain yang dapat anda perhatikan disekeliling anda. Sehingga untuk mencapai hidup yang sejahtera, saran saya yang pertama adalah cek kembali sistem keyakinan anda. Jika keyakinan yang selama ini berputar dalam pikiran anda serupa dengan yang saya utarakan di atas maka ubahlah menjadi uang bukanlah akar kejahatan, uang dapat digunakan sebagai alat kebaikan dan bahwa orang kaya adalah seorang yang dermawan. Lihatlah sekeliling anda untuk mencari profil contohnya bahwa pendermapenderma terbesar di dunia adalah orang-orang kaya. Bukankah menjadi kaya juga merupakan bagian dari iman?
Tidak ada kaum du’afa atau fakir yang dapat kita bantu jika kita dalam keadaan serba sulit atau bahkan bangkrut. Saya percaya dengan melatih diri anda secara konsisten terhadap sistem kepercayaan baru yang dapat membangkitkan semangat baru maka secara sadar tindakan-tindakan anda akan semakin terbenahi. Sehingga anda tidak akan tersesat dalam perjalanan anda menuju hidup yang sejahtera.
sumber : http://www.money-and-i.com
: